Singkat Tentang Sejarah Sumpah
Pemuda
Tanggal 28 Oktober 2017 kemarin kita bersama
– sama (bangsa Indonesia) memperingati sebuah momen yang terjadi pada tanggal
28 Oktober 1928 lalu dalam peristiwa yang dikenal sebagai “Sumpah Pemuda”.
Tentu peristiwa tersebut bukan sebuah peristiwa biasa bila tidak diperingati
setiap tahunnya. Penulis ingin memberikan sedikit pandangan yang penulis pahami
dari sebuah momen sejarah yang tidak boleh diabaikan begitu saja bagi bangsa
ini (Indonesia).
Sumpah Pemuda
merupakan tonggak utama dalam perkembangan sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia yang dimotori oleh Para Pemuda saat itu. Peristiwa terjadinya sumpah
pemuda merupakan sebuah kristalisasi semangat dan perjuangan cita – cita dari
berdirinya sebuah Negara Indonesia. Perjuangan untuk lepas dari belenggu
penjajahan saat itu hanya bisa dicapai dengan persatuan, sejarah telah
membuktikan perjuangan bersifat kedaerahan selalu gagal. Hal inilah yang
menimbulkan kesadaran pada saat itu dari para pemuda yang memiliki visi dan
misi yang sama berkumpul dalam sebuah Kongres Pemuda.
Kongres Pemuda
Pertama diadakan pada tanggal 30 April – 2 Mei 1926 di Batavia (Jakarta), saat
itu diketuai oleh Muhammad Tabrani. Kemudian menghasilkan sebuah kesepakatan
bersama mengenai kegiatan pemudada saat itu dalam bidang sosial, ekonomi dan
budaya. Kongres tersebut dihadiri oleh seluruh organisasi pemudaa saat itu
seperti Jong Java, Jong Sumtra, Jong Betawi, Jong Madura dan organisasi pemuda
lainnya. Selain itu disepakat juga bahwa akan diadakannya kongres pemuda yang
kedua.
Pada kongres Pemuda
yang kedua inilah “Sumpah Pemuda” lahir, tepat pada tanggal 28 Oktober 1928 di
Batavia (Jakarta), ikrar kebangsaan yang diucapkan oleh pada pemuda saat itu
menjadi sebuah asas ataupun pondasi dari kesamaan visi – misi untuk mewujudkan
sebuah ikatan dalam sebuah bentuk Negara Indonesia. Sebuah langkah lanjutan
dari cita – cita akan sebuah sikap bersama bahwa “tanah air Indonesia”, “bangsa
Indonesia” dan “Bahasa Indonesia” yang satu.
Sepintas Tentang Teks Sumpah
Pemuda
Sumpah Pemuda yang saat itu diikrarkan
di Jakarta memiliki seperangkat panitia yang tentunya nama – nama tersebut
tidak boleh kita hilangkan dari sejarah mengingat begitu bernilainya peristiwa
tersebut. Berikut nama – nama panitia yang kemudian penulis sadur dari beberapa
sumber dan penulis asumsikan ikut membacakan teks Sumpah Pemuda pada tanggal 27
– 28 Oktober 1928:
Ketua :Soegondo Djojopoespito
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Jamin
Bendahara : Amir Sjarifuddin
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Jamin
Bendahara : Amir Sjarifuddin
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai
Pembantu II : R. Katja Soengkana
Pembantu II : R. Katja Soengkana
Pembantu III : Senduk
Pembantu IV : Johanes Leimena
Pembantu V : Rochjani Soe'oed
Pembantu IV : Johanes Leimena
Pembantu V : Rochjani Soe'oed
Peserta :
- Abdul Muthalib Sangadji
- Purnama Wulan
- Abdul Rachman
- Raden Soeharto
- Abu Hanifah
- Raden Soekamso
- Adnan Kapau Gani
- Ramelan
- Amir
- Saerun
- Anta Permana
- Sahardjo
- Anwari
- Sarbini
- Arnold Manonutu
- Sarmidi Mangunsarkoro
- Assaat
- Sartono
- Bahder Djohan
- S.M. Kartosoewirjo
- Dali
- Setiawan
- Darsa
- Sigit
- Dien Pantouw
- Siti Sundari
- Djuanda
- Sjahpuddin Latif
- Dr.Pijper
- Sjahrial
- Emma Puradiredja
- Soejono Djoenoed Poeponegoro
- Halim
- R.M. Djoko Marsaid
- Hamami
- Soekamto
- Jo Tumbuhan
- Soekmono
- Joesoepadi
- Soekowati
- Jos Masdani
- Soemanang
- Kadir
- Soemarto
- Karto Menggolo
- Soenario
- Kasman Singodimedjo
- Soerjadi
- Koentjoro Poerbopranoto
- Soewadji Prawirohardjo
- Martakusuma
- Soewirjo
- Masmoen Rasid
- Soeworo
- Mohammad Ali Hanafiah
- Suhara
- Mohammad Nazif
- Sujono
- Mohammad Roem
- Sulaeman
- Mohammad Tabrani
- Suwarni
- Mohammad Tamzil
- Tjahija
- Muhidin
- Van der Plaas
- Mukarno
- Wilopo
- Muwardi
- Wage Rudolf Soepratman
- Nona Tumbel
Ada peristiwa sejarah lain yang tak
boleh kita abaikan sebagai generasi saat ini yaitu. Sebelum pembacaan teks
Sumpah Pemuda dimulai untuk pertama kalinya lagi “Indonesia Raya - Ciptaan W. R. Soepratman diperdengarkan
berikut dengan alunan dari biolanya. Teks Sumpah Pemuda untuk pertama kalinya
diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 di sebuah rumah milih seorang Tionghoa
bernama Sie Kong Liong, di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat yang saat ini
telah menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Disamping
itu terdapat juga empat orang yang turut hadir sebagai peninjau sebagai
Golongan Timur Asing Tionghoa pada saat itu, diantaranya :
1. Kwee Thiam Hong
2. Oey Kay Siang
3. John Lauw Tjoan Hok
4. Tjio Djien kwie
Sekedar informasi pada dasarnya istilah “Sumpah
Pemuda” yang kita kenal saat ini tidak dipakai dalam kongres tersebut. Istilah “Sumpah
Pemuda” baru digunakan kemudian setelah kongres tersebut. Hal ini sesuai dengan
sebuah prasasti yang ada pada di dinding Museum Sumpah Pemuda. Berikut bunyi
Sumpah Pemuda dengan penggunaan Bahasa Indonesia saat ini (2017).
Pertama:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku
bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Rumusan teks Sumpah Pemuda ditulis oleh
Moehammad Yamin pada secarik kertas pada saat Mr. Sunario berpidato. Teks tersebut
disodorkan terlebih dahulu pada Soegondo yang kemudian diberikan ke Mr. Sunario
sekaligus membubuhi paraf setuju pada kertas tersebut yang selanjutnya
diteruskan kepada perserta yang lain untuk dibubuhi paraf setuju juga. Teks Sumpah
Pemuda tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan dijelas secara rinci oleh
Moehammad Yamin.
Implementasi Sumpah Pemuda di Era
Modernisasi
Sebuah peristiwa sejarah yang tak boleh
dilupakan oleh generasi saat ini. Ditengah dinamisnya era modernisasi saat ini.
Jangan sampai membuat kita meremehkan peristiwa tersebut. Tentu kita harus
memiliki kesadaran bahwa tanpa adanya peristiwa sumpah pemuda muskil bahwa
Indonesia yang saat ini diikat oleh kebhinneka tunggal ika-an aka nada.
Sebagai generasi
penerus meneladani sikap dari para pendahulu tentu syarat mutlak bila kita
masih ingin negra Indonesia ini masih ada. Situasi dan kondisi yang saat ini
penulis rasakan sangat riskan dan mudah dipecah belah. Kuatnya arus informasi
dan teknologi yang tak terbendung membuat mereka yang tidak bisa menahan diri
mudah untuk terbawa dan hanyut dalam informasi – informasi yang membuat
masyarakat tercerai – berai.
Penulis menyadari kita tidak boleh hanya sekedar mengingat ataupun mengenang tentang
terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda namun patut untuk melanjutkan perjuangan
para pendahulu sesuai dengan kebutuhan jaman saat ini. Sudilah kita kiranya di kehidupan
sehari – hari dalam berbagai aspek untuk tidak lagi mengedepankan ras, suku dan
agama. Kita patut untuk menghormati dan menghargai setiap orang yang ingin
berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
Dalam pergaulan
tanpa bermaksud menghilangkan bahasa daerah sudilah kiranya kita juga
membiasakan diri untuk senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Penggunaan bahasa Indonesia sudah tidak dapat diragukan lagi sebagai bahasa
persatuan, terutama saat kita bertemu atau bergaul dengan rekan ataupun orang
yang berbeda daerah dan lata belakang yang berbeda juga.
Sebagai bangsa yang beragam tentu kita akan
dihadapkan oleh berbagai macam perbedaan sikap dan pandangan namun dengan semangat
persatuan yang diikrarkan oleh pendahulu kita tentunya kepentingan bangsa
Indonesia jauh harus dikedepankan dibandingkan dengan kepentingan ataupun
ego-kelompok dan golongan. Hal ini tidaklah mudah dan penulis akui itu tapi
setidaknya ikut menyejukkan ketika kondisi Negara yang panas dan tidak justru
ikut – ikutan gaduh sudah merupakan bentuk dari implementasi sumpah pemuda di
era modernisasi saat ini. Jaman boleh berubah tapi semangat kebangsaan dan
persatuan tidak boleh berubah. Setidaknya jika tak bisa menjadi penyejuk jangan
gaduh dan kita mulai dari diri kita sendiri.
Salam…
Refrensi :
Gambar :
http://cdn2.tstatic.net