Sepintas Tentang Hari PBB
Setiap tanggal 24 Oktober masyarakat dunia merayakan
suatu hari yang istimewa yaitu Hari Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) atau The
United Nations Day, pada tanggal tersebut dirayakan untuk mengingat
dideklarasikannya piagam PBB pada tahun 1945 oleh Majelis Umum PBB. Piagam PBB
tersebut ditandatangani oelh 50 anggota asli PBB pada 26 Juni 1945 di San
Fransisco, Amerika Serikat. Peringatan tersebut dirayakan dengan serangkaian
acara seperti forum diskusi, pertemuan dan eksebisi mengenai pencapaian PBB.
Sejarah Singkat PBB
Sejarah Singkat PBB
PBB didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945
menggantikan peran dari Liga Bangsa – Bangsa (LBB) / League of Nations yang
didirikan pada tanggal 10 Januari 1990, setelah diadaknnya Konferensi
Perdamaian Paris 1919. Ide LBB ini dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat,
Woodrow Wilson Beranggotakan 42 negara saat berdirinya dan berpusat di Geneva,
Swiss. LBB memiliki fungsi utama, seperti melucuti senjata, mencegah terjadinya
perang melalui keamanan kolektif, dan menyelesaikan pertentangan antar Negara –
Negara melalui jalur negoisasi dan diplomasi, serta memperbaiki kesejahteraan
hidup global.
Bahasa resmi yang digunakan organisasi internasional
ini adalah Bahasa Inggris, Bahasa Perancis dan Bahasa Spanyol. Seiring
berjalannya waktu organisasi ini mendapat 20 negara anggota baru meskipun
kemudian 7 negara diantaranya mengundurkan diri. Fakta unik lain dari
organisasi internasional ini adalah sekalipun Presiden Amerika Serikat, Woodrow
Wilson selaku pencetus terbentuknya organisasi internasional ini Amerika
Serikat sendiri tidak pernah tergabung sebagai anggota dari LBB tersebut.
LBB kemudian dibubarkan pada tanggal 18 April 1945 karena
dianggap gagal dalam memenuhi fungsinya sebagai media untuk mencegah terjadinya
Perang Dunia 2. Secara historis LBB eksis diantara tahun 1919 – 1945. Peran
dari LBB kemudian digantikan oleh PBB.
Singkat Tentang PBB
PBB yang menggantikan peran dari LBB yang dianggap gagal mencegah terjadinya
Perang Dunia 2 yang kemudian diikuti
dengan lahirnya 4 kesepakatan Atlantic Charter tersebut adalah
1. Tidak dibenarkan adanya usaha perluasan wilayah,
2. Setiap bangsa berhak untuk menentukan usahnya
sendiri,
3. Setiap bangsa punya hak untuk turut serta dalam
perdagangan dunia,
4. perdamaian dunia harus diciptakan agar setiap
bangsa hidup bebas dari rasa takut dan kemiskinan.
Disamping Piagam Atlantic
tersebut PBB juga memiliki asas organisasi sebagai berikut :
1.
Semua anggota mempunyai persamaan derajat dan
kedaulatan,
2.
Setiap anggota akan menyelesaikan segala persengketaan
dengan jalan damai tanpa membahayakan perdamaian, keamanan dan keadilan,
3.
Setiap anggota memberikan bantuan pada PBB sesuai
Piagam PBB,
4.
PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara
lain
Disamping asas – asas tersebut PBB juga memiliki beberapa tujuan, seperti :
a.
Menjaga perdamaian dan keamanan dunia,
b.
Memajukan dan mendorong hubungan persaudaraan
antarbangsa melalui penghormatan hak asasi manusia,
c.
Membina kerjasama internasional dalam pembangunan
bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan,
d.
Menjadi pusat penyelarasan segala tindakan bersama
terhadap negara yang membahayakan perdamaian dunia,
e.
Menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi
kelaparan, bencana alam, dan konflik bersenjata.
Berpusat di New York, Amerika Serikat PBB diharapkan
mampu menjadi jawaban dari sejumlah permasalahan dunia, dengan Bahasa resmi
yang digunakan Bahasa Arab, Bahasa Tiongkok, Bahasa Inggris, Bahasa Spanyol dan
Bahasa Perancis. Dari 51 anggota awal, saat ini PBB telah beranggotakan 193
negara.
Indonesia
dan PBB Pasang Surut
Indonesia menjadi Negara anggota PBB yang ke-60 pada
tanggal 28 September 1950. Masuknya Indonesia ke dalam keanggotan PBB sesuai
dengan amanat pembukaan UUD 1945 “dalam rangka mewujudkan
perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilaan sosial.”.
Dalam perjalanannya hubungan Indonesia dengan mengalami pasang surut,
terutama pada masa konfrontasi dengan Malaysia. Puncaknya pada tanggal 7
Januari 1965, terpilihnya Malaysia menjadi aggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB. Memicu reaksi marah Presiden Soekarno kala itu. Indonesia pun memutuskan
untuk keluar dari PBB dan membentuk organisasi internasional CONEFO yang didukung oleh Republik
Rakyat Tiongkok, Republik Demokratik Rakyat Korea (Korut) dan Republik
Demokratik Vietnam.
Runtuhnya masa Order Lama dan lahirnya Order Baru mengubah arah kebijakan
politik luar negeri Indonesia. Pada tanggal 19 September 1966, Indonesia
menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan kembali kerjasa dan menjadi anggota
PBB kembali. Majelis Umum PBB pun kemudian menindaklanjutinya dengan mengundang
perwakilan Indonesia untuk menghadiri Sidang Majelis Umum ke-21 PBB pada tanggal 28 September 1966.
Peran,
Konsistensi & Eksistensinya sebuah Kesan
Dari sebagian besar tujuan atau latar belakang dirikan
organisasi ini tentu mengalami berbagai macam tantangan di era modern ini.
Ledakan demografi yang kian hari tak terbendung, pesatnya kemajuan teknologi
yang dibarengi dengan kecepatan arus informasi yang nyaris tanpa batas. Dari
beberapa yang penulis sebutkan itu tentu ada beberapa hal yang tak bias penulis
abaikan diantarnya mengenai peran dan konsistensi serta eksistensi PBB.
PBB sebagai organisasi internasional yang
beranggotakan negara – negara dunia tentu memiliki peran yang sangat vital
dalam dinamika kehidupan masyarakat dunia. Hal yang sangat mencolok dan hingga
penulis memposting artikel ini adalah mengenai perdamaian dan keamanan dunia.
PBB sebagai organisasi besar seakan tumpul dan terkesan dan memiliki daya
kepada Negara – Negara yang berpredikat adikuasa. Resolusi yang senantiasa
digaungkan tak ubahnya hanya sekedar menjadi mendia “kutukan” tanpa adanya
tindakan nyata. Alih – alih untuk memberikan tindakan nyata PBB dalam hal ini
kasus perang dan tindakan agresi-militer Amerika Serikat dan sekutunya (Israel)
contohnya yang mengatasnamakan keamanan dunia dengan tanpa sungkannya melanggar
semangat piagam keamanan PBB yang bahkan mereka sendiri cetuskan.
PBB pun nyata terlihat tak konsisten dengan reaksi
yang hanya ala kadarnya, mengutuk dan memberikan bantuan kemanusiaan itupun
setelah agresi terjadi. Eksistensi PBB seolah hanya sebuah formalitas belaka
dan tak mampu berbuat banyak.
PBB dalam diversitas kerap kali dijadikan tema dalam
sebuah forum diskusi yang diadakan setiap tanggal 24 Oktober untuk
memeperingati Hari PBB. Mengenai diversitas -
diversity – keberagaman – kebhinekaan Indonesia jelas lebih dahulu
mengakui hal tersebut bahkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari – hari
dalam sebuah ikatan kebangsaan yang sangat kuat. Jika PBB masih terkesan
mensosialisasikan keberagaman maka Indonesia sudah mempersatukan keberagaman
menjadi sebuah semangat ideology yang tertuang dalam butir – butir sila,
Pancasila.
Indonesia boleh bangga menjadi bangga menjadi bagian dari PBB. Tapi yang perlu generasi muda pahami bahwa keberagaman yang senantiasa menjadi jargon masyarakat dunia dalam hal ini PBB bangsa Indonesia sudah lebih dahulu menerapkan konsep ini. Indonesia boleh belajar agar tak tertinggal tapi dalam konsep keberagam PBB-lah yang harus berkaca pada Indonesia karena negara ini sudah tuntas menerapkan konsep diversity yang kerap mereka gaungkan.
Refrensi :
Gambar :
No comments:
Post a Comment