Monday 16 July 2018

Rawon Djenggot Kuliner Khas Malang Tanpa Jenggot


Kali ini penulis akan mengulas sedikit tentang salah kuliner khas Jawa Timur yang tak kalah populernya dari Soto yaitu Rawon. Makanan yang disajikan identic dengan daging, kuah hitamnya, toge dan sambalnya tak boleh juga ketinggalan kerupuk udang sebagai sajian pelengkapnya bila ada yang berminat sepoth telor asin bisa menjadi penyempurna dari sajian khas Jawa Timur ini.

Kuliner khas sejuknya kota Malang
Malang merupakan salah satu Kota Terbesar di Jawa Timur, kota terbesar kedua setelah Surabaya di Provinsi Jawa Timur ini dan kota terbesar ke 12 secara nasional ini memang kaya akan sajian wisata kuliner dan alamnya. Banyak sajian kuliner yang terdapat di setiap sudut kota Malang, dikenal dengan kota bunga Malang juga mendapat julukan sebagai kota Pendidikan karena banyaknya Perguruan Tinggi di kota ini yang menjadikannya tujuan untuk mereka yang menempuh jenjang perguruan tinggi.

Rawon merupakan sajian kuliner khas Jawa Timur, ada yang menarik dari Rawon Djenggot yang cukup terkenal ini. Selain rasa Rawonnya yang sangat nikmat daging yang disajikan juga sangat empuk dengan bumbu khas yang meresap dan sangat terasa. Buka sejak pukul 07.00 – 24.00 WIB setiap hari kecuali pada hari Kamis libur, pada hari Minggu Rawon Djenggot buka dari 07.00 – 14.00 WIB. Rawon Djenggot beralamat di Jalan Kawi Selatan No.1, Bareng, Klojen Kota Malang, Jawa Timur juga terdapat nomer kontak yang dapat dihubungi bagi mereka yang ini memesan 085100573858 mengingat Rawon Djenggot tidak buka cabang.
 
Di depot Rawon Djenggot ini tidak hanya menyajikan Rawon saja namun juga terdapat berbagai varian makanan seperti Nasi Soto, Nasi Campur Lodeh dan Nasi Campur Bali dengan berbagai varian lauknya juga tidak boleh ketinggalan untuk dinikmati.
 
Kuliner yang Legendaris
 
Depot Rawon Djenggot ini dibuka sejak tahun 1976 dari pasangan suami istri Alm. Bapak Rajid dan Almh. Ibu Sutani resep rawon ini pun diwariskan kepada anaknya dan tetap dipertahanakn cita – rasanya. Mengawali berjualan di depan sebuah bangunan rumah tua bergaya Belanda dengan ukuran tidak lebih dari 3 x 3 meter yang sangat sederhana karena terbuat dari triplek. Sebelumnya depot ini dikenal dengan sebutan klithik – klithik karena saat mengaduk minuman di gelas dengan keras sehingga suaranya terdengar sampai ke Jalan Raya Kawi. Namun sejak ramainya depot ini masyarakatpun mengetahui bahwa yang mengaduk keras gelas minuman berjenggot barulah kemudian depot ini dikenal Rawon Djenggot.
 
Depot ini mengalami pasang – surut dalam perjalanannya bukan karena omzet melainkan karena tidak yang mengelolanya seperti pada tahun 2006 saat Alm, Bapak Rajid meninggal dunia meskipun depot tetap buka dengan seadanya. Hingga pada tahun 2012 depot kembali terbengkalai karena Alm. Ibu Sutani meninggal tinggal Purwati Putri pasangan suami – istri tersebut yang kemudian kembali mengelola dan membuka depot rawon Djenggot ini dibantu oleh anak dan pembantunya hingga saat ini.


Referensi:

Gambar:


Monday 9 July 2018

Sumpah Palapa yang Mengangkasa

Tanggal 9 Juni kita akan memperingati sebuah hari yang tak kalah pentingnya yaitu Hari Satelit Indonesia. Sebuah momentum untuk pertama kalianya dalam sejarah Republik Indonesia ini berdiri meluncurkan satelit yang diberi nama satelit palapa A1, pada tanggal 8 Juli  1976 dilepas dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat oleh roket Amerika Serikat  Delta 2914. Satelit Palapa A1 tersebut berbobot 574 Kilogram yang mengorbit 83° BT dan beroperasi hingga pada bulan Juni 1985. 

Tentunya peluncuran Satelit Palapa A1 tersebut bukanlah satu – satunya satelit yang diluncurkan oleh Indonesia, berdasarkan informasi yang penulis dapatkan total ada 11 Satelit yang diluncurkan dan hanya satu satelit yang batal diluncurkan yaitu satelit palapa E1 yang kemudian digantikan oleh satelit dari Bank BRI BRIsat. Sedangkan pada gambar yang penulis tampilkan adalah gambar Satelit Palapa B1.
 

Menyatukan Indonesia

Nama satelit palapa sejatinya diambil dari kata yang dikenal dengan nama “Sumpah Palapa” yang diucapkan oleh Gajah Mada pada masa kerajaan Majapahit yang isinya berniat menyatukan seluruh nusantara dalam satu imperium majapahit. Karenanya kata Palapa dianggap lebih tepat untuk merepresentasikan maksud dan fungsi satelit palapa nantinya untuk menyatukan seluruh Indonesia (nusantara) meskipun pada tahun 2016 pada bulan Juni satelit Indonesia tidak lagi bernama Satelit Palapa berikut serinya namun dinamakan BRIsat namun tidak mengurangi makna historis dari Satelit Palapa pada Hari Satelit yang jatuh pada tanggal 9 Juli ini.

Referensi:

Gambar:


Sang Maestro Campursari yang Bikin Ambyar

Menjelang pertengahan tahun 2020 Indonesia dikagetkan oleh kepergian sejumlah selebritisnya. Namun yang sangat mengagetkan adalah kepergian...